Tahun ini memasuki tahun kelima, saya jadi anak kost-kostan. Em, kasian amat yak..wkwkwk. Belum minat beli rumah baru soalnya gaji belum cukup. Hahaha. Tetapi kenapa bisa betah di kamar kost an sempit itu selama lima tahun???? Alasannya banyak.
Tetapi ketenangan dan ketentraman yang kami rasakan tidak berlangsung lama sejaknegara api menyerang kami punya tetangga baru. Dia datang tak dijemput pulang tak diantar. Datang secepat angin lalu pergi secepat kilat dan bergelegar seperti petir.. hahahha.. maafkan lebay.
Jadi beberapa waktu lalu, teman kost sebelah kamar yang namanya Nana, pindah ke rumah keluarganya. Padahal saya sudah lumayan akrab dengan dia. Anaknya tenang dan baik hati. Seringnya, saat dia masak, dia bagi makanannya ke kamarku juga. Lalu suatu hal, ia akhirnya memilih untuk gak nge-kost lagi. Lalu kamarnya pun kosong.
Baru selang dua hari kamar Nana kosong, penghuni baru kamar datang. Saya tau kalo ada tetangga baru, karena suara ia memindahkan barang-barangnya betul-betul berisik. Tetapi dimaklumi aja kan dia lagi beres-beres kamar baru. Keesokan harinya, kamar itu berisik lagi. Bukan suara barang-barang yang dipindahkan tetapi suara orang yang berbicara. Parahnya mereka berbicara seperti orang sekampung, sangat berisik. Tetapi tak apa, dimaklumi karena kan mereka baru pindahan, jadi pasti teman-teman dan keluarganya datang untuk mengantar.
Beberapa hari berlalu, kamar itu tetap saja berisik. Mulai dari pagi hingga malam hari. Kamarnya tepat disebelah kamarku, tetapi aku sama sekali tak punya kesempatan untuk menyapa. Karena kulihat tamunya di dalam kamar masih banyak. Ada sekitar lima orang di dalam kamar sempit itu. Pintunya dibiarkan terbuka lebar. Sehingga suara mereka yang berbincang dan bercanda menghapus kesunyian dan ketenangan kost-an ku yang dulu. Keesokan harinya kejadian yang sama terulang kembali. Mereka sangat berisik. Ingin rasanya menegur dan memberitahu agar tak terlalu ribut. Tetapi aku tak tahu pemilik kamar tersebut yang mana.
Setelah seminggu berlalu, aku bahkan belum berkenalan dengan penghuni kamar tersebut. Karena kamar itu selalu ramai (terdiri dari 3-5 orang), sangat berbeda dari kamar lain yang hanya berpenghuni satu atau dua orang. Beberapa kali sempat bertatap muka dengan orang yang ada di dalam kamar tersebut, tetapi aku tak tahu harus memasang ekspresi wajah apa. Sehingga rasanya tersenyum pun sulit. Penghuni kamar itu agak berbeda dari anak kost an lain. Jika anak kost lain berhijab dan kalem. Tetangga baru itu tidak memakai hijab. Jadi kupikir mungkin dia non muslim. Dia tak memakai hijab dan bergaya agak tomboy dengan potongan rambut cepak. Gadis yang lain berambut panjang dengan pakaian minim dan tatto di lengan. Ada juga satu orang yang aku sama sekali tak bisa menebak dia pria atau wanita. Aku kerap kali berpapasan dengannya di tangga. Dan karena tak tahu harus memasang ekpresi wajah seperti apa, aku hanya menunduk dan berlalu dengan cepat. Ada juga yang bertubuh mungil dengan rambut sebahu, dibandingkan yang lain, dia terlihat sangat muda seumuran anak SMP. Lalu ada lagi yang mirip ibu-ibu paruh baya yang juga sering menggunakan hot pants dan tank top.
Sehari, Seminggu, Sebulan... mereka tetap dengan aktifitas yang sama. Berisik dan seringkali merokok di depan kamar. Sehingga asap rokoknya juga masuk ke kamarku. Syukurnya aku baru pulang kantor bada maghrib. Tetapi mereka cukup mengganggu waktu belajar dan istirahat adikku. Mau negur, aku gak berani. Mau lapor ke ibu kost takut dibilang tukang ngadu. Akhirnya aku suruh adikku bersabar saja. Saat pulang kantor dan harus istirahat di kamar, aku harus pakai earphone. Daripada harus mendengar tetangga sebelah berisiknya mirip sama anak sekelas yang tetap tinggal di dalam kelas pas jam istirahat. Berisiknya luar biasa. Parahnya mereka tidak mengobrol seperti orang biasa. Tetapi percakapan mereka banyak berisi kata-kata kasar, hewan-hewan kebun binatang, hingga kata-kata kotor yang membuat sakit telinga.
Hingga suatu hari Bapak Kost-an bercerita kalo dia sudah menegur tetangga baru ku itu. Dan hasilnya, kamar itu sedikit lebih tenang. Jadi ceritanya hari itu, Bapak Kost lagi khusyuk sholat di rumahnya. Karena lagi kurang enak badan, beliau tidak ke Mesjid. Baru rakaat kedua, tiba-tiba ia mendengar penghuni kamar itu berbicara seperti berteriak. Akibatnya bapak kost tidak konsentrasi sholatnya. Tetapi syukurlah beliau tetap menyelesaikan sholatnya. Abis sholat dan berdoa, beliau lalu segera ke kamar tersebut dan memarahi mereka. Dan karena anak-anak kost an yang lain juga terganggu dengan mereka. Akhirnya waktu masa kontrak kost an tetangga baruku tersebut tidak diperpanjang. Dan sampe akhir saya gak sempat berkenalan dengan mereka dan tak tahu nama mereka.
Akhirnya kamar itu kembali kosong dan kehidupan di kost an kami kembali tenang dan damai lagi...
Hahahha, cerita tidak penting ini semoga jadi kenangan di hari esok...
- Pertama, karena saya malas cari kost an baru.
- Kedua, karena saya sudah nyaman di kamar tersebut. Saya anaknya malas banget ninggalin zona nyaman.
- Ketiga, karena udah akrab sama bapak kost dan ibu kost.
- Keempat, jatah kue dan makanan selalu mengalir ke kamar kost-an dengan lancar.
- Kelima, kost-kostnya damai tenang dan tentram. Antara anak kost an satu dengan yang lain tak ada yang saling mengganggu. Semuanya saling menjaga ketentraman dan ketenangan. Sangking tenangnya, kost-kostan kami sepi kayak kuburan.
Tetapi ketenangan dan ketentraman yang kami rasakan tidak berlangsung lama sejak
Jadi beberapa waktu lalu, teman kost sebelah kamar yang namanya Nana, pindah ke rumah keluarganya. Padahal saya sudah lumayan akrab dengan dia. Anaknya tenang dan baik hati. Seringnya, saat dia masak, dia bagi makanannya ke kamarku juga. Lalu suatu hal, ia akhirnya memilih untuk gak nge-kost lagi. Lalu kamarnya pun kosong.
Baru selang dua hari kamar Nana kosong, penghuni baru kamar datang. Saya tau kalo ada tetangga baru, karena suara ia memindahkan barang-barangnya betul-betul berisik. Tetapi dimaklumi aja kan dia lagi beres-beres kamar baru. Keesokan harinya, kamar itu berisik lagi. Bukan suara barang-barang yang dipindahkan tetapi suara orang yang berbicara. Parahnya mereka berbicara seperti orang sekampung, sangat berisik. Tetapi tak apa, dimaklumi karena kan mereka baru pindahan, jadi pasti teman-teman dan keluarganya datang untuk mengantar.
Beberapa hari berlalu, kamar itu tetap saja berisik. Mulai dari pagi hingga malam hari. Kamarnya tepat disebelah kamarku, tetapi aku sama sekali tak punya kesempatan untuk menyapa. Karena kulihat tamunya di dalam kamar masih banyak. Ada sekitar lima orang di dalam kamar sempit itu. Pintunya dibiarkan terbuka lebar. Sehingga suara mereka yang berbincang dan bercanda menghapus kesunyian dan ketenangan kost-an ku yang dulu. Keesokan harinya kejadian yang sama terulang kembali. Mereka sangat berisik. Ingin rasanya menegur dan memberitahu agar tak terlalu ribut. Tetapi aku tak tahu pemilik kamar tersebut yang mana.
Setelah seminggu berlalu, aku bahkan belum berkenalan dengan penghuni kamar tersebut. Karena kamar itu selalu ramai (terdiri dari 3-5 orang), sangat berbeda dari kamar lain yang hanya berpenghuni satu atau dua orang. Beberapa kali sempat bertatap muka dengan orang yang ada di dalam kamar tersebut, tetapi aku tak tahu harus memasang ekspresi wajah apa. Sehingga rasanya tersenyum pun sulit. Penghuni kamar itu agak berbeda dari anak kost an lain. Jika anak kost lain berhijab dan kalem. Tetangga baru itu tidak memakai hijab. Jadi kupikir mungkin dia non muslim. Dia tak memakai hijab dan bergaya agak tomboy dengan potongan rambut cepak. Gadis yang lain berambut panjang dengan pakaian minim dan tatto di lengan. Ada juga satu orang yang aku sama sekali tak bisa menebak dia pria atau wanita. Aku kerap kali berpapasan dengannya di tangga. Dan karena tak tahu harus memasang ekpresi wajah seperti apa, aku hanya menunduk dan berlalu dengan cepat. Ada juga yang bertubuh mungil dengan rambut sebahu, dibandingkan yang lain, dia terlihat sangat muda seumuran anak SMP. Lalu ada lagi yang mirip ibu-ibu paruh baya yang juga sering menggunakan hot pants dan tank top.
Sehari, Seminggu, Sebulan... mereka tetap dengan aktifitas yang sama. Berisik dan seringkali merokok di depan kamar. Sehingga asap rokoknya juga masuk ke kamarku. Syukurnya aku baru pulang kantor bada maghrib. Tetapi mereka cukup mengganggu waktu belajar dan istirahat adikku. Mau negur, aku gak berani. Mau lapor ke ibu kost takut dibilang tukang ngadu. Akhirnya aku suruh adikku bersabar saja. Saat pulang kantor dan harus istirahat di kamar, aku harus pakai earphone. Daripada harus mendengar tetangga sebelah berisiknya mirip sama anak sekelas yang tetap tinggal di dalam kelas pas jam istirahat. Berisiknya luar biasa. Parahnya mereka tidak mengobrol seperti orang biasa. Tetapi percakapan mereka banyak berisi kata-kata kasar, hewan-hewan kebun binatang, hingga kata-kata kotor yang membuat sakit telinga.
Hingga suatu hari Bapak Kost-an bercerita kalo dia sudah menegur tetangga baru ku itu. Dan hasilnya, kamar itu sedikit lebih tenang. Jadi ceritanya hari itu, Bapak Kost lagi khusyuk sholat di rumahnya. Karena lagi kurang enak badan, beliau tidak ke Mesjid. Baru rakaat kedua, tiba-tiba ia mendengar penghuni kamar itu berbicara seperti berteriak. Akibatnya bapak kost tidak konsentrasi sholatnya. Tetapi syukurlah beliau tetap menyelesaikan sholatnya. Abis sholat dan berdoa, beliau lalu segera ke kamar tersebut dan memarahi mereka. Dan karena anak-anak kost an yang lain juga terganggu dengan mereka. Akhirnya waktu masa kontrak kost an tetangga baruku tersebut tidak diperpanjang. Dan sampe akhir saya gak sempat berkenalan dengan mereka dan tak tahu nama mereka.
Akhirnya kamar itu kembali kosong dan kehidupan di kost an kami kembali tenang dan damai lagi...
Hahahha, cerita tidak penting ini semoga jadi kenangan di hari esok...
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan