Dan entah sudah berapa lama tidak pernah bercerita lagi di blog ini...
Ada rasa rindu yang menyeruak. Ingin bercerita panjang lebar tentang hal-hal tak penting yang terjadi dalam hidupku. Tapi rasanya jari-jari telah kaku. Otakku juga jadi beku, bingung harus bercerita tentang apa.
Lalu muncullah keinginan untuk membuka galeri foto lama. Sapa tau dapat inspirasi cerita dari situ. Terus akhirnya nemu foto ini...
Foto saat kami masih muda, hahah sekitar 6 tahun silam.
Ini foto dari tahun 2013. Kalo ndk salah, ini diambil pasca lebaran idul Fitri. Kala itu kawan-kawan seperjuangan ku selama kuliah ini, silaturahmi ke rumahku. Itu moment bahagia yang terekam dalam otakku, karena baru berkumpul lagi setelah sekian lama.
Kita bercerita, makan bersama, tertawa, selfie bareng, dan sholat berjamaah bersama.
Aku bingung kenapa bisa akrab dengan mereka. Padahal bisa dibilang kami semua berbeda karakter dan sifat. Terlebih lagi saat duduk di bangku kuliah dulu. Aku berbeda kelas dengan mereka bertiga. Aku di kelas B. Sedangkan mereka di kelas A. Kami tak belajar bersama, tetapi lebih sering saat keluar kelas, kami saling mencari. Dan menikmati waktu luang bersama. Di kantin, di perpustakaan, di sekret, hingga di mesjid kampus. Aku selalu senang berinteraksi dan bergaul dengan mereka. Karena bersama mereka aku bisa menjadi diriku apa adanya. Yang cerewet, tidak bisa diam, banyak gerak, lompat sana sini, sering menjadi blo'on dan tidak tahu apa-apa. Dan masih banyak lagi. Yah, cuma di depan mereka aku bebas mengekspresikan diriku.
Jika teman yang lain melihatku, mereka berpikir aku sosok yang dingin, pendiam, sombong, dan agak "sedikit" cerdas. Kubilang sedikit cerdas, karena IPK ku selama kuliah lumayan tinggi "3.84" tetapi itu hanya nilai yang tertulis di transkrip nilai saja. Aku sebenarnya sama sekali bukan orang cerdas. Dan yang mengetahui betul tentang hal itu adalah kawan-kawan ku ini. Mereka tahu betul bahwa kadang aku tak bisa membedakan mana kanan dan mana kiri. Tidak bisa mengingat arah. Suka bingung sendiri dan parahnya selalu jadi sok bijak yang kadang menjengkelkan.
Walaupun pertemanan kami sudah berjalan lama. Saling bertukar kabar dan nongkrong bareng saat ada kesempatan. Tetapi kami pun sering terlibat cek-cok dari hal-hal tak penting. Seperti koment-koment group yang kadang menyakitkan hati. Kata-kata pedis yang terlampau jujur mirip dengan tumis sambal dengan sekilo cabe rawit. Saling melempar candaan yang bikin tersinggung. Dan masih banyak lagi.
Dan karena hal itu, aku kadang bingung apakah kami kawan atau lawan? Dia kawan, tetapi kenapa tidak bisa tahu bahwa kalimat-kalimat pedis itu bagaikan duri yang menusuk daging. Tetapi jika dia lawan, mana mungkin dia masih tetap ada disini bersabar mendengar berbagai macam keluhan dan sering berbagi semangat!
Kini, 11 tahun telah berlalu sejak pertemuan pertama kali kami di tahun 2008 lalu. Kami telah banyak berubah. Bukan lagi gadis culun yang bingung tentang pencarian jati diri. Tetapi sebagai wanita dewasa yang sedang menikmati masa-masa indah sendiri sebelum masuk ke fase wanita bersuami. Semoga kami bisa menjadi semakin dewasa tiap harinya. Dikuatkan untuk bisa menikmati segala proses dalam hidup. Entah itu sedih, kecewa, putus asa, galau, atau terluka.
Semoga kami bisa bermetamorfosis menjadi wanita yang cantik, sholeh, anggun dan bijaksana. Semoga persahabatan kami tetap indah walau melalui jalan yang berduri. Semoga kami tetap bisa terus berkomunikasi dan menjalin hubungan baik hingga berambut putih. Lalu meninggalkan dunia fana ini dan kembali berkumpul bersama di Surga Nya. Amiin....
wahhh terharu k baca i,,,jgn dinilai dr jata2 yg pedis,tp nilai dr apa makna n tujuan kami berkata demikian,karna teman yg baik adalah dia yg berni berkata jujur walau terkadang menyakitkan😃
ReplyDeleteasyik sekali ..
DeleteQoutes of the day "Teman yang baik adalah dia yang berani berkata jujur walau terkadang menyakitkan"
Mungkin bener kalimat yang bilang, "Teman yang ditemui ketika umur 20an akan menjadi teman terbaik." Bodohnya sih, sampai saat ini temenku yang masih berhubungan deket sama aku sisa satu aja. Tapi ya begitu, sering adu argumen, apalagi prinsip dan cara memandang soal politik dan agama beda. Jeleknya sih kalo udah sampe marahan, nggak ngobrol seminggu pun pernah padahal tinggal bareng.
ReplyDeleteyah, sisa satu doang.. semoga yang satu itu adalah teman sejati yang walaupun tidak sehati tetapi namanya akan selalu dihati hehehe
DeleteWuah kalo gak ngobrol selama seminggu susah dong,, kan paling lama klo diem - diem an cuma boleh sampe 3 hari aja,,, jd jangan sampe seminggu, kan nti agak enak