Skip to main content

Waktu Sisa (Penggalan cerita dari Buku Menata Kala)

"Kita selalu berharap Allah mengabulkan doa-doa kita dengan segera, tetapi mengapa kita hanya memberi waktu sisa untuk-Nya?" 

Tentang waktu sisa, marilah kita berkaca pada bagaimana kita menjalani keseharian!

Mengapa kita selalu memberi waktu sisa kepada Allah untuk menjalankan apa-apa yang diperintahkan-Nya?

Kita melewatkan dini hari di balik selimut tebal dan lampu kamar yang masih gelap. Berat rasanya untuk bangun dan menghadap-Nya di sepertiga malam, meskipun kita tahu bahwa disanalah terletak waktu mustajab untuk mencurahkan segala yang ingin diperbincangkan kepada Nya.

Saat adzan subuh berkumandang, kita masih bermimpi. Pesan muadzin bahwa shalat itu lebih baik daripada tidur pun berlalu begitu saja. Tanpa terasa, kita terbangun di saat matahari hampir mengubah rona-rona awan menjadi cerah. Lalu, di waktu sisa, kita menghadap-Nya tanpa rasa malu sedikit pun. Mengapa selalu seperti itu? Mengapa Allah hanya kita beri waktu sisa?

Hari berlalu dengan tumpukan tumpukan tugas di atas meja. Lalu notifikasi email masuk hampir setiap menit, belum lagi obrolan ringan dan rapat harian yang menguras pikiran. Kemudian kita lupa untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain hanya karena sibuk mengurus diri sendiri.

Shalat? Ah, jangan ditanya, shalat hanya dilaksanakan pada waktu sisa.

Mengapa selalu seperti itu?

Mengapa Allah selalu jadi prioritas terakhir hingga kita berani memberiNya waktu sisa?

Tanpa disadari, waktu-waktu kita untuk Allah hanyalah waktu sisa dari segala kesibukan duniawi kita. Pdahal untuk segala yang menjadi hajat kita, kita terus meminta-Nya untuk mengabulkan dengan segera. Kita meminta untuk segera dibebaskan dari segala kekhawatiran, diberi jalan keluar, dipertemukan dengan pintu rezeki, dan seterusnya. 

Berbeda dengan kita manusia, Allah memang tak akan kecewa kepada kita yang memberi waktu sisa. Namun, apakah itu perilaku terbaik untuk Dia yang mengurus hidup kita dengan segala kebaikan Nya?

Hingga suatu hari, seorang teman berpesan, "kamu tidak perlu takut urusanmu berantakan karena kamu memprioritaskan Allah terlebih dahulu. Jadikanlah Allah prioritas utama. Lalu Allah yang akan mengurus segala urusanmu dengan sangat baik".

Ah, memang! segala urusan dunia dan segala batas waktunya yang pendek ini tak pernah menjadi sesuatu yang lebih penting daripada melaksanakan perintah-Nya.

Selamat menata Kala, semoga Allah selalu menjadi yang utama.


Hal 62-63, Buku Menata Kala (Novie Ocktaviane Mufti & Khairunnisa Syaladin)







Comments

Popular posts from this blog

Surat Noura untuk Fahri (AAC)

Kepada  Fahri Bin Abdillah, seorang Mahasiswa dari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia     Assalamualaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh, Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa. Wahai orang yang lembut hatinya,      Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat kau baca suratku ini anggaplah aku ada di hadapanmu dan menangis sambil mencium telapak kakimu karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.      Wahai orang yang lembut hatinya,       Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian ti

JALAN JALAN KE PERPUSTAKAAN WILAYAH MAKASSAR Yuuk...

Yeay... Libur... Hari ini hari sabtu.. mestinya masih harus masuk kantor. Tetapi karena ahad kemarin masih harus kerja.. jadinya hari sabtu ini bisa libur... Yeay senang nya. Rencana nya mau pulang kampung, lumayan bisa dua hari di rumah. Bisa memecahkan celengan rindu yang rasanya sudah mau meledak.. tetapi gak jadi gara-gara harus menemani adik ku ujian masuk sebuah perguruan tinggi. Tiga tahun lalu aku juga masih ingat saat mengantarnya mengikuti tes Sekolah Menengah Atas. Sekarang dia sudah akan berstatus Mahasiswa. Sepertinya waktu berjalan sangat cepat. Aku dan adikku beda usia 8 tahun, melihat nya sebentar lagi akan masuk Kuliah, membuatku merasa sudah menjadi sangat tua. Aku gak tua tua amat kok... Iyakan? Jadi sementara adik ku mengikuti ujian, aku sibuk keliling-keliling kampus mencari perpustakaan, lumayan bisa berteduh sambil baca buku. Tetapi ternyata, eh ternyata perpustakaan kampus lagi gak buka kalo hari sabtu. Em... jadi saya harus nunggu dimana dong? Dan

Cerita tentang Perjalanan Pertamaku Keluar Negeri

Mimpi untuk jalan-jalan keluar negeri dimulai dari dua tahun yang lalu. Saat senior di tempat kerja yang biasa kupanggil Kak Ayu memberi oleh-oleh gantungan kunci perak bertuliskan Macau. Walaupun cuma gantungan kunci, aku senang bukan main. Karena dapat oleh-oleh dari luar negeri itu sangat langka buatku pribadi, hehehe. Akhirnya sejak saat itu, travelling keluar negeri selalu jadi resolusi di awal tahun. Dan Alhamdulillah tahun ini bisa terwujud yeay.... Sebelum keluar negeri, aku sudah pernah naik pesawat sekali. Dan itu bukan untuk jalan-jalan tetapi dalam rangka ikut test CPNS di Tangerang (Baca ceritanya disini) . Sejak saat itu, aku berharap bisa naik pesawat lagi. Naik pesawat itu rasanya seru,, hahahah mungkin karena jarang kulakukan, jadinya begitu sangat luar biasa untukku. Aku merasakan jantung dag dig dug saat pesawat tinggal landas, gendang telinga yang mendengung saat pesawat sudah mengudara lalu merasa excited luar biasa saat melihat cantiknya awan-awan yang