"Kita selalu berharap Allah mengabulkan doa-doa kita dengan segera, tetapi mengapa kita hanya memberi waktu sisa untuk-Nya?"
Tentang waktu sisa, marilah kita berkaca pada bagaimana kita menjalani keseharian!
Mengapa kita selalu memberi waktu sisa kepada Allah untuk menjalankan apa-apa yang diperintahkan-Nya?
Kita melewatkan dini hari di balik selimut tebal dan lampu kamar yang masih gelap. Berat rasanya untuk bangun dan menghadap-Nya di sepertiga malam, meskipun kita tahu bahwa disanalah terletak waktu mustajab untuk mencurahkan segala yang ingin diperbincangkan kepada Nya.
Saat adzan subuh berkumandang, kita masih bermimpi. Pesan muadzin bahwa shalat itu lebih baik daripada tidur pun berlalu begitu saja. Tanpa terasa, kita terbangun di saat matahari hampir mengubah rona-rona awan menjadi cerah. Lalu, di waktu sisa, kita menghadap-Nya tanpa rasa malu sedikit pun. Mengapa selalu seperti itu? Mengapa Allah hanya kita beri waktu sisa?
Hari berlalu dengan tumpukan tumpukan tugas di atas meja. Lalu notifikasi email masuk hampir setiap menit, belum lagi obrolan ringan dan rapat harian yang menguras pikiran. Kemudian kita lupa untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain hanya karena sibuk mengurus diri sendiri.
Shalat? Ah, jangan ditanya, shalat hanya dilaksanakan pada waktu sisa.
Mengapa selalu seperti itu?
Mengapa Allah selalu jadi prioritas terakhir hingga kita berani memberiNya waktu sisa?
Tanpa disadari, waktu-waktu kita untuk Allah hanyalah waktu sisa dari segala kesibukan duniawi kita. Pdahal untuk segala yang menjadi hajat kita, kita terus meminta-Nya untuk mengabulkan dengan segera. Kita meminta untuk segera dibebaskan dari segala kekhawatiran, diberi jalan keluar, dipertemukan dengan pintu rezeki, dan seterusnya.
Berbeda dengan kita manusia, Allah memang tak akan kecewa kepada kita yang memberi waktu sisa. Namun, apakah itu perilaku terbaik untuk Dia yang mengurus hidup kita dengan segala kebaikan Nya?
Hingga suatu hari, seorang teman berpesan, "kamu tidak perlu takut urusanmu berantakan karena kamu memprioritaskan Allah terlebih dahulu. Jadikanlah Allah prioritas utama. Lalu Allah yang akan mengurus segala urusanmu dengan sangat baik".
Ah, memang! segala urusan dunia dan segala batas waktunya yang pendek ini tak pernah menjadi sesuatu yang lebih penting daripada melaksanakan perintah-Nya.
Selamat menata Kala, semoga Allah selalu menjadi yang utama.
Hal 62-63, Buku Menata Kala (Novie Ocktaviane Mufti & Khairunnisa Syaladin)
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan