"Mulailah menulis", kata dia padaku tempo hari.
"Karena pekerjaan seorang penulis adalah menulis", lanjutnya kemudian.
"Tetapi pekerjaanku bukanlah seorang penulis", kataku.
"Kalaupun kau bukan seorang penulis, kau tetap boleh menulis. Malah harus menulis".
"Untuk apa capek - capek menulis?", tanyaku lagi.
"Agar tetap awet muda", katanya sambil tersenyum.
"Lah apa hubungannya menulis dengan tetap awet muda?" kataku dengan dahi berkerut.
"Wanita itu punya puluhan hal yang berlalu lalang dalam otaknya dalam satu menit, dan jika harus memikirkan itu semua, bisa bikin cepat tua. Jadi, daripada kita menyimpannya di otak lalu akhirnya lupa, lebih baik tuliskan saja di selembar kertas atau buku harian tentang To Do List For Today , dengan begitu otak akan merasa lebih ringan, dan pekerjaan lebih teratur," kata dia sambil mencoret - coret kertas di depan nya. Entah apa yang dia gambar.
"Hum, kalo itu seh ya bisa pake aplikasi To Do List yg bisa di download di playstore kan, gak usah capek-capek nulis dikertas"
"Cara itu oke juga. Tetapi terkadang gadget sering kehabisan baterai pas kita lagi sibuk-sibuknya. Jadi daripada pake gadget mending ambil selembar kertas lalu genggam pulpen/pensil dan mulailah tulis hal-hal yang ingin kamu selesaikan hari ini. Pasti ada perasaan lega saat kau telah memberi tanda selesai di ujung tulisannya"
"Selain itu apa lagi?"
"Apanya?" tanya dia sambil mengedipkan mata dua kali.
"Apa lagi manfaat menulis?, karena aku sama sekali belum termotivasi untuk melakukannya" kataku serius menatapnya.
"Menulis bisa melegakan hati dan pikiranmu. Terkadang dalam sehari kau bertemu beberapa orang yang membuat harimu buruk, merasa emosi, atau membuatmu kesal hingga ke ubun-ubun, daripada kau menuliskan kekesalanmu di sosial media atau menceritakan aib orang tersebut ke orang lain yang ujung-ujungnya jadi bahan ghibah, kenapa tidak kau coba berdialog dengan dirimu sendiri lewat tulisan di buku diary rahasiamu. Tanyakan dan tuliskan kenapa kau merasa sangat kesal, apa yang membuatmu merasa marah, sedih, kecewa pada orang tersebut? Apakah itu murni karena sikap orang itu terhadapmu memang kurang baik atau barangkali kamu hanya merasa rendah diri dan akhirnya tak mampu memberikan hasil yang terbaik? Menuliskan hal itu akan membantumu menemukan apa yang salah sebenarnya? orang lain ataukan dirimu sendiri.
"Huftt..." aku menghembuskan nafas berat..
"Tulisanku jelek", kataku sambil mengaduk kopi yang mulai dingin.
"Kamu menulis untuk dirimu sendiri, untuk kelegaan hatimu, untuk berdamai dengan dirimu sendiri, jadi gak usah mikir tulisanmu jelek, tak beraturan, gak sesuai EYD atau apalah. Pokoknya nulis aja dulu. Selain itu, menulis sebelum tidur akan membuat tidurmu nyenyak loh".
"Sebenarnya walaupun gak nulis pun, aku tetap akan tidur nyenyak," kataku sambil nyengir.
"Hahaha iya juga seh, kamu kan tukang tidur"
"Kalo gitu aku mau coba menulis, kira-kira hal apa yang harus aku tulis untuk pertama kali?"
"Em, bagaimana kalo kau mencoba untuk menulis beberapa hal yang kamu syukuri di sepanjang hari? Menuliskan hal yang kamu syukuri akan membuatmu sadar bahwa ada banyak hal kecil yang luput kau syukuri dan akhirnya membuatmu lupa untuk berbahagia"
"....", aku terdiam dan hanya menatapnya saja.
"Mulai saja dulu, menulis pun bisa bikin candu sama dengan kopi ini"
****
Tapi kadang kurang pede sama tulisan sendiri, gak sesuai jalur hiks.
ReplyDeleteYa ampun, sama mbak. Aku pun merasa demikian.
DeleteSuka gak pede sama tulisan sendiri, tetapi sekali lagi diingatkan bahwa semua tulisan itu baik, se-enggaknya untuk diri kita sendiri.
Ayuk ayuk semangat nulis lagi