Naik pesawat... Yuhuuuu...Bahagia nya,, serasa naik baling-baling bambunya Doraemon. Karena dari balik jendela kita bisa langsung menikmati indahnya awan awan putih yang menggumpal seperti berton-ton kapas
Pengalaman pertama itu selalu menyisakan cerita seru. Dan untuk postingan kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman pertama saya naik burung besi yang mampu menembus awan-awan itu.
Untuk ukuran anak kampung yang hidup sangat jauh dari ibu kota, naik pesawat itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Jangankan naik pesawat, saat masih kecil melihat ada pesawat yang melintas di atas rumah kami saja, sudah membuat kami girang bukan main. Entah itu saat kami sedang asyik menonton TV atau sedang asyik bermain, saat mendengar deru pesawat, kami akan berhambur keluar rumah untuk melihat bentuk pesawat itu atau sekedar berteriak dan melambaikan tangan pada pesawat itu. Kalau sekarang aku berpikir, mengapa saat kecil kami sering melakukan hal itu? Em, aku tak menemukan jawabannya. Itu refleks saja kami lakukan karena sangat excited melihat ada benda besar dan berat yang mampu terbang di antara awan-awan.
Beranjak besar, aku tak lagi berteriak atau melambaikan tangan saat ada pesawat lewat. Aku hanya sedikit berpikir, kapan aku bisa naik burung besi itu juga. Di kepalaku, yang bisa naik pesawat itu adalah orang-orang kaya, karena yah..tiket pesawat kan mahal. Aku juga berpikir, aku naik pesawat mau kemana? Toh sanak famili ku semuanya tinggal di provinsi yang sama dengan ku. Jadi tak ada cerita berkunjung kerumah keluarga jauh dengan naik pesawat. Hingga suatu hari tepatnya, Desember 2014 aku akhirnya bisa naik pesawat. HAHAHAHA senangnya bukan main.
Jadi ceritanya, waktu itu aku sedang iseng mendaftar untuk ikut Test CPNS Kementrian Sosial. Saat mendaftar aku tahu bahwa ada beberapa tahapan test lanjutan yang akan dilaksanakan di Luar Sulawesi. Waktu itu aku berpikirnya, jangankan bisa ikut test lanjutan, bisa lulus test berkas nya saja sudah syukur. Jadi sesaat setelah mendaftar aku santai-santai saja. Aku tak ada persiapan sama sekali. Sedangkan teman-teman ku yang lain yang juga ikut mendaftar, sudah grasak grusuk untuk mempelajari soal-soal test tahun lalu, bukan hanya dari buku panduan lulus test CPNS tetapi juga soal-soal dari Internet.
Lalu beberapa saat kemudian, pengumuman hasil test berkas sudah keluar, kita hanya tinggal mengecek saja di website yang tersedia. Dan syukur alhamdulillah nama ku ada disana. Aku lulus seleksi berkas, dan berhak ikut test CAT CPNS. Karena aku sudah lulus seleksi berkas, aku jadi agak serius. Aku mulai hunting soal-soal dari internet juga, minta doa dari ayah dan ibu juga. Minta doa dari saudara, teman dan sahabat juga. Karena aku percaya semakin banyak yang mendoakan kita, maka jalan kita akan semakin mudah. Dan hari ujian pun tiba, aku grogi setengah mati, karena aku tahu persiapanku sangat kurang. Ini juga menjadi pengalaman pertama ku mengikut Test CAT-CPNS. Test CAT sendiri merupakan singkatan dari Computer Assisted Test. Jadi mengerjakan soal testnya semua memakai kompter, tak ada lagi kertas soal dan lembar jawaban ujian. Kita tak perlu lagi berlelah-lelah melingkari dan menghitamkan kode jawaban. Kita cukup memainkan mouse di tangan dan tinggal mengklik jawaban yang kita anggap paling benar.
Source: https://pendaftaran-cpns.blogspot.co.id |
Kalau menurutku, Test CAT CPNS ini lebih efisien dibandingkan dengan test tertulis dengan lembaran soal dan kunci jawaban. Selain menghemat kertas juga menghemat tenaga. Waktu itu, aku duduk di barisan tengah dekat tembok. Karena sebelumnya aku belajar tidak sungguh-sungguh. Akibatnya, saat melihat soal ujiannya, aku sempat syok. Aku tak tahu harus menjawab apa. Setelah kubaca berulang-ulang soal ujiannya, aku ternyata bisa menjawab dengan logika saja. Alias asal klik klik jawaban yang sesuai dengah hati. Wkwkwkwkw. Tetapi beberapa saat sebelum ujian berakhir, panitia pengawas ujian lalu mengumumkan kalau hasil dari test nya bisa langsung dilihat di papan pengumuman beberapa menit setelah ujian. Jadi akan dirangking, mulai dari nilai paling tinggi sampai nilai terendah. Dan kita bisa langsung tahu apakah lulus atau tidak. Mendengar itu aku langsung keringat dingin. Oh tidak, bagaimana seandainya namaku berada di posisi paling bawah, karena tadi asal jawab saja. Aduh pasti bakal malu banget. Bodohku jadi keliatan. Aku lalu memandang sekeliling ruangan. Semuanya tampak cerdas dan percaya diri. Tetapi bagus nya, aku tak mengenal satu orang pun. Berarti saat nilai ku paling rendah, aku tak perlu terlalu takut, toh tak ada yang mengenalku juga. Hahahaha.
Beberapa menit lagi ujian berakhir, beberapa orang sudah beranjak keluar dari ruangan. Sedangkan aku masih main-main dengan mouseku. Sebenarnya, aku sudah selesai sejak beberapa menit yang lalu. Tinggal klik selesai dan maka skor ujian akan langsung muncul di layar komputer. Tetapi masih agak ragu. Lalu tiba-tiba, seorang panitia pengawas muncul di belakangku. Mungkin dari tadi dia memperhatikan gerak gerikku. Dia lalu menatap layar komputer ku, lalu bilang, yah tinggal klik itu saja. Hufffttt...akhirnya aku harus menahan malu dihadapan bapak itu, karena pasti skor ku sangat rendah. Dengan ragu-ragu aku lalu mengklik selesai dan jeng.. skor ku muncul di layar. Bapak itu lalu menatap sebentar layar komputer ku, lalu berucap skornya lumayan bagus, selamat ya. Mendengar itu, aku tersipu malu. Wuah aku tak percaya bisa dapat skor bagus. Beberapa menit kemudian, hasil test benar-benar sudah terpasang di papan pengumuman. Dan namaku ada di urutan keempat. Wuah,,, ini benar-benar karena kekuataan doa dari orang-orang terdekatku. Dan aku lulus test CAT dan bisa ikut test Lanjutan.
Setelah menunggu beberapa saat, aku pun mendapat panggilan untuk mengikuti Psikotest di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Itu artinya harus kesana naik pesawat. Hum, setelah berpikir sejenak, aku lalu memutuskan mundur saja. Karena biaya tiket pesawat kan mahal, terus kemungkinan untuk bisa lulus kecil. Aku masih harus bersaing dengan 99 orang dari seluruh wilayah Indonesia. Dan hanya akan ada dua orang yang akan lulus di tahap akhir. Tetapi entah karena apa, ibu ku lalu menyuruhku untuk mencoba saja dulu. Gagal jadi pengalaman. Orang tuaku bersedia membiayai tiket dan penginapanku selama dua hari disana. Wuah, aku melompat kegirangan. Soalnya ini kali pertama aku cepat dapat ijin dari orang tua. Dibayarin pula. Biasanya orang tuaku itu overproctective banget. Aku gak boleh terlalu jauh dari rumah. Aku harus jelas perginya dengan siapa. Dan tujuannya apa. Setelah mendapat izin dari orang tua, udah dibeliin tiket pesawat sama kakak, udah cari informasi tentang tempat pelaksanaan testnya. Akhirnya aku fix berangkat.
Hufft,, aku deg deg an setengah mati. Karena ini jadi pengalaman pertama ku menginjakkan kaki di bandara. Naik burung besi yang dulu selalu kuteriaki saat kecil, dan mengunjungi ibukota Jakarta yang hanya bisa kusaksikan di layar kaca. Pengalaman pertama ini jadi semakin membuatku deg-deg an karena aku hanya berangkat seorang diri. Aku tak punya teman atau kenalan yang bisa menemani menunggu selama di bandara dan di dalam pesawat. Sehari sebelum berangkat, ayah dan ibuku menelpon dan memberi semangat dan doanya. Sahabat-sahabat terdekat juga menyarankan untuk ini dan itu. Aku jadi berasa mau pergi jauh dan lama banget. Padahal cuma dua hari dan hanya ke Jakarta. Ckckckckck.. di mata mereka aku itu sosok lemah dan penakut banget. Tetapi memang begitulah adanya. Hahahah
Aku pun sampai di bandara di antar oleh kakak laki-lakiku. Beberapa saat sebelum masuk di pintu bandara, tiba-tiba seorang ibu-ibu dengan troli dan tumpukan kardus menghampiriku. Ia lalu bertanya aku hendak kemana, naik pesawat apa dan berangkat jam berapa. Aku lalu menjawab semua pertanyaan nya. Ternyata ibu itu satu pesawat denganku. Ibu itu lalu meminta tolong menitipkan beberapa kardusnya di bagasi ku. Karena aku hanya membawa satu ransel saja. Tentu saja aku siap membantu. Setelah itu, kakak laki-laki meminta tolong pada ibu itu agar mengawasiku juga karena ini merupakan pengalaman pertama ku naik pesawat dan menginjakkan kaki di ibu kota. Ibu itu lalu mengiyakan.
Singkat kata, aku kemudian masuk ke dalam bandara bersama ibu itu. Ibu Itu bernama Bu Reni. Ia menjelaskan banyak hal tentang apa-apa yang harus kulakukan. Setelah itu dia bercerita banyak hal tentang anak-anaknya dan kehidupannya. Ibu itu sangat ramah dan baik hati. Sebelum naik kedalam pesawat ia juga memberiku bekal beberapa bungkus roti. Katanya perutku tak boleh kosong saat naik pesawat. Ah senangnya bertemu orang baik. Di dalam pesawat tempat duduk ku dan tempat duduk bu Reni terpisah beberapa kursi. Tetapi selama dalam pesawat, aku melihat bu Reni beberapa kali membalikkan badan untuk melihat keadaanku. Saat pesawat akan tinggal landas, perutku mulai bergejolak. Aku merasakan isi perutku akan naik keatas. Syukurlah tadi sebelum berangkat aku tidak makan terlalu banyak. Pasti akan sangat memalukan jika naik pesawat dan kita muntah.
Hufft,, aku deg deg an setengah mati. Karena ini jadi pengalaman pertama ku menginjakkan kaki di bandara. Naik burung besi yang dulu selalu kuteriaki saat kecil, dan mengunjungi ibukota Jakarta yang hanya bisa kusaksikan di layar kaca. Pengalaman pertama ini jadi semakin membuatku deg-deg an karena aku hanya berangkat seorang diri. Aku tak punya teman atau kenalan yang bisa menemani menunggu selama di bandara dan di dalam pesawat. Sehari sebelum berangkat, ayah dan ibuku menelpon dan memberi semangat dan doanya. Sahabat-sahabat terdekat juga menyarankan untuk ini dan itu. Aku jadi berasa mau pergi jauh dan lama banget. Padahal cuma dua hari dan hanya ke Jakarta. Ckckckckck.. di mata mereka aku itu sosok lemah dan penakut banget. Tetapi memang begitulah adanya. Hahahah
Aku pun sampai di bandara di antar oleh kakak laki-lakiku. Beberapa saat sebelum masuk di pintu bandara, tiba-tiba seorang ibu-ibu dengan troli dan tumpukan kardus menghampiriku. Ia lalu bertanya aku hendak kemana, naik pesawat apa dan berangkat jam berapa. Aku lalu menjawab semua pertanyaan nya. Ternyata ibu itu satu pesawat denganku. Ibu itu lalu meminta tolong menitipkan beberapa kardusnya di bagasi ku. Karena aku hanya membawa satu ransel saja. Tentu saja aku siap membantu. Setelah itu, kakak laki-laki meminta tolong pada ibu itu agar mengawasiku juga karena ini merupakan pengalaman pertama ku naik pesawat dan menginjakkan kaki di ibu kota. Ibu itu lalu mengiyakan.
Singkat kata, aku kemudian masuk ke dalam bandara bersama ibu itu. Ibu Itu bernama Bu Reni. Ia menjelaskan banyak hal tentang apa-apa yang harus kulakukan. Setelah itu dia bercerita banyak hal tentang anak-anaknya dan kehidupannya. Ibu itu sangat ramah dan baik hati. Sebelum naik kedalam pesawat ia juga memberiku bekal beberapa bungkus roti. Katanya perutku tak boleh kosong saat naik pesawat. Ah senangnya bertemu orang baik. Di dalam pesawat tempat duduk ku dan tempat duduk bu Reni terpisah beberapa kursi. Tetapi selama dalam pesawat, aku melihat bu Reni beberapa kali membalikkan badan untuk melihat keadaanku. Saat pesawat akan tinggal landas, perutku mulai bergejolak. Aku merasakan isi perutku akan naik keatas. Syukurlah tadi sebelum berangkat aku tidak makan terlalu banyak. Pasti akan sangat memalukan jika naik pesawat dan kita muntah.
Saat pesawat sudah terbang dengan stabil, aku yang duduk dekat jendela bisa melihat cantiknya awan - awan putih yang berserakan di luar pesawat. Aku lalu membayangkan bisa tidur dan bermain-main di atas tumpukan awan-awan putih itu setelah disemprotkan alat ajaib doraemon. Pasti menyenangkan sekali. Lamunanku itu langsung buyar karena merasa pesawat sedikit berguncang. Hari itu cuaca agak sedikit buruk, beberapa kali pilot mengumumkan hal-hal penting yang tidak terlalu kuperhatikan, karena aku sibuk menenangkan diri dengan mendengarkan lagu-lagu dari mp3 ku. Di dekatku duduk seorang gadis muda juga. Untuk mengurangi rasa gelisah, aku lalu membuka obrolah ringan dengannya. Syukurlah dia juga ramah. Namanya Nina. Dia asli medan, sempat kuliah di UI lalu baru-baru ini mendapat pekerjaan di BPN Makassar. Aku lalu merekomendasikan beberapa makanan khas makassar yang harus dia cicipi. Serta tempat-tempat menarik yang harus ia kunjungi untuk lebih mengenal Makassar. Berkat obrolan dengan Nina itu, rasa gelisah ku menjadi terlupakan. Dan perjalanan menegangkan pertamaku naik pesawat bisa kuatasi. Dan di tahap psikotest aku akhirnya gagal.. Yah, aku gagal menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil.. tetapi tak apa, kita bisa coba lagi lain waktu.. Ganbatte
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan