Review Buku "Jodoh Dunia Akherat, Merayu Allah, Menjemput dalam taat" Ikhsanul Hakim & Foezi Citra Cuaca
Assalamualaikum...
Kali ini mau bagi review buku Jodoh dunia akherat karya Ikhsanul Hakim & Foezi Citra Cuaca. Dari judulnya,,,sepertinya sudah terbayang isinya kayak apa??? Yups..isinya langkah2 menjemput jodoh. Tetapi buku ini tidak hanya harus dibaca buat yang masih single tetapi juga buat yang udah punya pasangan. Jadi buku ini berisi trik-trik intropeksi diri supaya bisa dapat pasangan hidup yang terbaik sekaligus menjadi yang terbaik buat pasangan hidup saat ini.
Sebelum bercerita tentang isi buku ini, saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman kawan yang sudah berkali-kali patah hati gara-gara gagal menikah. Jadi ceritanya, dia itu ga mau lama-lama pacaran, cuma mau saling kenal dekat aja, kalo dirasa cocok mau langsung lanjut ke jenjang pernikahan. Tetapi setiap ada yang menarik hatinya dan sudah berniat untuk melanjutkan ke hubungan yang lebih serius, tiba-tiba orang yang ditaksir meminta putus dan menikah dengan orang lain. Huah...rasanya pasti sakit banget T_T
Hum, buku ini recommended banget buat kamu yang memiliki masalah serupa. Tetapi sebenarnya saya juga butuh baca buku ini, hahahhaha. Buku ini sudah kubeli sejak beberapa bulan yang lalu, tetapi kubiarkan teronggok di sudut kamar, rasanya aku tak berminat membacanya. Hingga kemudian aku merasa sedikit gerah karena beberapa teman seangkatan seperti berlomba-lomba mengirim undangan pernikahan ke alamatku. Aku mulai berkaca, hm..usia yang hampir menapaki seperempat abad ini memang sudah pantas jika harus naik ke pelaminan. Tetapi sama siapa? hahaha.. Yups, akhirnya aku mulai melirik buku ini. Dan... setelah mulai membacanya aku senyum - senyum sendiri, hehehehe, penasaran???? yups...kt review...
Di buku ini diawali dengan formula “Cara benar cari jodoh” yang terdiri dari Cleansing, Upgrading, Selecting.
Cleansing berarti proses membersihkan diri dari dosa-dosa di masa lalu yang melibatkan diri kita, orang lain, dan Allah SWT. Di tahap ini, kita harus benar – benar memohon maaf pada Allah SWT atas dosa-dosa kita yang telah lalu dan bertobat dengan sebenar-benarnya tobat. Selain itu kita juga harus memaafkan diri kita sendiri atas kesalahan dan kebodohan-kebodohan yang telah kita perbuat di masa lalu, dan berusaha terbaik agar tak mengulanginya lagi. Mengikhlaskan segala rasa rasa sakit yang begitu mendalam yang pernah kita rasakan akibat perbuatan orang lain. Dan terakhir menghilangkan segala dendam dan kekecewaan pada orang-orang terdekat kita terutama pada orang tua kita yang dulu mungkin saja tak membesarkan diri kita dengan kesempurnaan. Proses cleansing ini adalah proses awal yang harus kita lewati sebelum melangkah ke tahap selanjutnya.
Tahap kedua disebut sebagai tahap Upgrading. Upgrading ini meliputi pemantasan diri dihadapan Allah Swt agar layak disandingkan dengan jodoh terbaik nantinya. Sudahkah kita memiliki perbekalan Ilmu nikah yang sudah cukup? Sudahkah kita memiliki skill untuk mengarungi pernikahan yang langgeng? Dan sudahkah kita memiliki kesiapan hati untuk masuk ke gerbang kehidupan yang baru? Maka Upgrading adalah tahap dimana kita tak pernah lelah untuk belajar dan memperbaiki diri. Itulah yang akan membuat kita semakin didekatkan oleh Allah pada jodoh kita nantinya.
Tahap berikutnya adalah selecting. Tahap dimana kita memilih dan menentukan siapa yang akan menjadi pasangan sejati untuk diri kita. Bukan sekedar asal pilih, asal ada, atau asal cinta. Karena tentunya pasangan yang akan kita pilih untuk menikah dengan kita adalah ia yang akan menjalani kehidupan pernikahan seumur hidup dengan kita.
Dalam buku ini berisi hal-hal yang perlu kita
lakukan dalam rangka memperbaiki diri dalam menjemput atau pun menunggu jodoh
terbaik, dengan merayu Allah dalam ketaatan. Selain berbagai macam tips dan
kisah-kisah menarik yang bisa dijadikan pelajaran, ada juga rangkaian puisi-puisi indah yang
cukup mewakili perasaan hati orang-orang yang masih menunggu. Berikut salah
satu rangkaian puisi indah Fu (hal.19)
Izinkan aku Rabb....
Menantinya dengan sepenuh khusyuk
Bukan dengan berleha
Melainkan dengan segenap ikhtiar yang menghimpun berserak rindu
Izinkan aku Rabb....
Berjumpa dengan nya dalam restu cinta Mu
Bukan dengan tergesa
Melainkan segera menujunya untuk semakin dekat denganMu
Izinkan aku Rabb.....
Menikah dengannya
Agar orang tua bahagia, Rasulullah bangga, dan Engkau semakin cinta
Izinkan aku Rabb....
Menantinya dengan sepenuh khusyuk
Bukan dengan berleha
Melainkan dengan segenap ikhtiar yang menghimpun berserak rindu
Izinkan aku Rabb....
Berjumpa dengan nya dalam restu cinta Mu
Bukan dengan tergesa
Melainkan segera menujunya untuk semakin dekat denganMu
Izinkan aku Rabb.....
Menikah dengannya
Agar orang tua bahagia, Rasulullah bangga, dan Engkau semakin cinta
Sebelum membaca buku ini, saya punya kriteria suami idaman yang lumayan tinggi. Saya mengharapkan seorang pendamping yang mirip-mirip dengan tokoh Abdullah Khaerul Azzam di Novel Ketika Cinta Bertasbih. Seorang pria yang sederhana, pekerja keras, penyayang, bertanggung jawab, cerdas, dan tentu sholeh. Atau sosok Fahri dalam Novel Ayat-Ayat Cinta. Seorang pria yang sangat lembut hatinya, sangat menjunjung tinggi toleransi, sangat menghargai wanita, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, dan tentu saja sangat taat beragama. Tetapi setelah membaca buku ini, saya jadi sadar diri. Bagaimana mungkin saya mengharapkan seseorang seperti Azzam atau Fahri sedangkan sosok diri saya masih sangat jauh dari sosok Anna Altafunnisa atau Aisyah, tokoh wanita utama dari cerita novel tersebut yang anggun, cerdas, dan sholehah.Dari buku ini saya mulai belajar untuk mengenal diri terlebih dahulu, mengenal segala kekurangan dan berusaha memperbaikinya, mengenal seluruh kelebihan dan meningkatkannya. Karena sesungguhnya sosok yang nantinya akan jadi pendamping kita adalah cerminan dari diri kita yang sesungguhnya.
Dan yang paling penting dari itu semua adalah Sudahkah kita bertanya pada diri sendiri apa sesungguhnya alasan yang melatarbelakangi niat kita untuk segera menikah. Apakah karena kita sudah merasa bosan hidup sendiri? Atau karena kita sudah sangat ingin keluar dari rumah yang selama ini sangat mengekang? Atau karena kita sudah merasa gerah karena teman-teman yang lain sudah lebih dulu merasakan indahnya pernikahan? Atau karena kita merasa iri pada mereka yang terlihat sangat bahagia dengan kehidupan pernikahannya? Atau kita berpikir bahwa pernikahan adalah sebuah perlombaan, dimana yang terlambat sampai garis finish adalah seorang yang kalah?
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan