Hari
yang panas...ketika adzan berkumandang. kulirik jam tua yang tergantung di tembok
kamar. Pukul 12.20. Hah...pantas saja hari terasa sangat panas, di tambah lagi
tubuh yang mulai lemas dan dahaga yang sepertinya mengigit tenggorokan. 6 jam
lagi. Aku hanya perlu bertahan 6 jam lagi hingga waktu berbuka puasa tiba.
“Hoi...Hoi..bangun..bangun
ayo shalat berjamaah di mesjid” kudengar suara pintu kamar digedor – gedor
keras dari luar.
Suara
berat nan tegas itu pasti milik KorDes alias ketua kelompok KKN kami di Posko
15, Ahmad. Ini sudah hari ke 2 kami
berada di Posko ini. Belum banyak yang kami ketahui tentang kampung tempat kami
mengabdi ini. Dan tentu aku juga belum tau tentang makhluk manis yang nanti nya
akan selalu menjadi semangat ku untuk bergegas shalat berjamaah di Mesjid.
Hari
itu aku ke Mesjid dengan perasaan setengah hati. Di terik panas matahari yang
serasa membakar ubun-ubun ini aku berangkat seorang diri ke Mesjid, yang
syukurlah jarak nya tidak terlalu jauh dari posko kami. Tetapi karena matahari
sedang panas-panas nya, aku merasa sedang berjuang menyeberangi gurun sahara.
Dan mungkin ini juga alasan teman-teman ku yang cewek beralasan sedang
berhalangan untuk shalat. Pasti itu hanya akal-akalan mereka saja. Sedangkan
teman-teman ku yang cowok sudah berangkat duluan. Seandainya saja setelah
shalat berjamaah dhuhur nanti tidak ada pertemuan dengan pemuda karang taruna
di desa ini. Aku juga lebih memilih untuk shalat dhuhur di posko saja. Hanya
saja aku yang berperan sebagai sekertaris di kelompok KKN ini haruslah datang.
Setiba
di mesjid ternyata shalat berjamaah sudah dimulai. Segera aku bergabung sebagai
Masbuq. Kuambil shaf paling ujung. Hanya ada 6 jamaah wanita. Tetapi jamaah
pria ada dua baris. Sekilas kulirik jamaah pria yang tepat berada di shaf depan
ku. Pakaian nya sangat rapi. Baju koko putihnya bercahaya diterpa sinar
matahari yang masuk melalui celah-celah jendela dengan sarung garis-garisnya
yang juga terpasang rapi. Aku segera menundukkan pandangan dan segera
memusatkan pikiran dan hatiku berhadapan dengan Yang Maha Kuasa sambil tetap
mengikuti gerakan Imam.
Seusai
shalat berjamaah aku masih tinggal duduk di Mesjid sambil berbincang-bincang
sejenak dengan ibu-ibu yang juga jamaah di Mesjid tersebut. Kemudian kulirik
Ahmad menghampiri laki-laki pemilik baju koko putih tadi. Mereka kemudian
bersalaman lalu berbincang sejenak. Aku masih memperhatikan mereka dari kejauhan. Aku menjadi penasaran seperti apa wajah laki-laki
berbaju koko putih itu. Hingga kemudian muka ku menjadi bersemu merah ketika
tiba-tiba kordes menunjuk ke arahku diikuti oleh tatapan mata pria berbaju koko
putih tadi. Wuah...rasanya jantung ku hampir copot, aku merasa seperti pencuri
yang ketangkap basah. Aku akui memang aku curi-curi pandang dari tadi. Tetapi
entah kenapa saat mata ku dan mata pria berbaju koko putih tadi bertemu. Aku
merasa aku yang kecurian. Pria berbaju koko putih tadi hanya sesaat langsung
mencuri hatiku. Huahh....Tatapan matanya yang teduh, senyum nya yang hangat, dan
wajahnya yang kuakui memang diatas rata-rata. Kalau mau digambarkan dia mirip
sama aktor tampan dari China, Jimmy Lin. Idolaku sejak aku masih kecil.
Yah..dia mirip Jimmy Lin.
Huah...aku kembali bersorak dalam hati. Syukurlah teman-temanku yang cewek tadi tidak ikut shalat
berjamaah. Sekarang aku jadi yang pertama melihat makhluk Indah Ciptaan Tuhan
itu. Beberapa menit kemudian kami sudah duduk melingkar. Rapat kali ini bukan
acara penting, hanya sebatas perkenalan saja dengan pemuda karang taruna
kampung tersebut dan para remaja Mesjidnya. Aku
merasa suasana hatiku tidak karuan. Jantung ku berdegup kencang, betapa tidak,
pria berbaju koko putih tadi duduk pas di depanku. Hanya berjarak satu setengah meter saja.
Semoga dia tidak mendengar detak jantungku yang rasanya berbunyi seperti
genderang perang. Kulirik Ahmad selaku Kordinator Kelompok kami membuka rapat
sekaligus memperkenalkan diri secara resmi. Ia berbicara panjang lebar tentang
visi dan misi KKN kali ini dan apa yang ingin dia tawarkan untuk menjadi
program kerja kami selama 2 bulan berada di kampung Maja ini.
“Terima
Kasih buat rekan-rekan karang taruna dan teman-teman remaja mesjid yang sudah
menyempatkan waktunya untuk bertemu dan berkenalan dengan
kami..bla...bla..was..wes”
Aku
sudah tak lagi memperhatikan apa yang Ahmad katakan. Seperti biasa kalau dia
diberi kesempatan berbicara dia pasti lupa waktu. Aku hanya sibuk
mencoret-coret kertas di depan ku. Berpura-pura sibuk. Padahal aku hanya sibuk
menenangkan hatiku yang tak karuan rasanya. Ingin sekali kuangkat kepalaku
menatap langsung wajah manis itu. Tetapi aku tak sanggup. Aku takut ketika aku
menatap wajahnya aku tak akan bisa berpaling. Hahaha, aku tertawa-tawa dalam
hati. Sebelumnya ku pikir hari – hari ku selama dua bulan di kampung ini akan
membosankan dan hampa. Tak kusangka baru dua hari berada disini aku sudah
menemukan sesuatu yang menarik. Lamunan ku tiba-tiba buyar. Ketika kudengar
Ahmad menyebut namaku.
“Dan
ini Astrid Wirajaya, dia bertindak sebagai sekretaris kelompok kami”
Aku
segera mengangkat wajah dan kulihat semua mata tertuju padaku tanpa terkecuali
laki-laki berbaju koko putih itu. Aku kemudian refleks mengembangkan senyum
lebar dan mengangguk. Semoga senyum kaku yang kulemparkan tidak menakutkan.
“Dan
mungkin itu perkenalan dari kami. Semoga kehadiran kami benar-benar bisa
memberikan arti buat desa ini. Dan kedepannya tentunya kami mengharapkan
bantuan dari teman-teman karang taruna dan Remaja Mesjid Jauharatul Khadra ini.
Selanjutnya saya serahkan pada Kak Irwan selaku ketua karang taruna” kata Ahmad
sambil menoleh ke laki-laki Berbaju koko putih itu.
(Bersambung)
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah berkunjung ^_^
Silahkan meninggalkan komentar jika berkenan